Mengapa orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin miskin? Tahukah Anda, di tengah pandemi COVID-19, jumlah penduduk kaya Indonesia justru bertambah? Penduduk Indonesia dengan aset minimal USD 1 juta ke atas meningkat 61,7% dari 2019 ke 2020.
Namun, pada saat yang sama, angka pengangguran juga meningkat semasa COVID-19, terutama untuk usia 20 hingga 29 tahun. Angka kemiskinan juga meningkat ke kisaran 10% dari 9% pre-pandemi.
Menurut Anda, apakah ini suatu hal yang aneh? Inilah fenomena orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Di masa banyak orang kehilangan pekerjaan karena pandemi, justru yang kaya semakin bertambah. Mengapa demikian?
Ini menunjukkan bahwa orang kaya mengerti cara mengelola uang. Selain itu, pandemi (atau kondisi apapun) merupakan pedang bermata dua. Bisa menjadi penghambat, tapi bisa juga menjadi peluang. Untuk mengilustrasikan mengapa orang kaya semakin kaya, mari kita ulas satu per satu.
Mengapa Orang Kaya Semakin Kaya?
1. Lebih Banyak Memiliki Aset daripada Uang Kas
Pada tanggal 22 Oktober 2021, kekayaan Elon Musk, CEO Tesla dan Space X dan salah satu orang terkaya di dunia, diperkirakan sebesar USD 242 Milyar. Tapi, pada tanggal 5 November 2021, kekayaannya diperkirakan Bloomberg sebesar USD 340 Milyar. Bayangkan, harta kekayaannya bisa naik USD 98 Milyar dalam waktu 2 minggu saja!
Untuk mendapatkan gambaran betapa besarnya nilai tersebut, mari kita bandingkan dengan nilai bursa efek Indonesia yaitu sekitar USD 518 Milyar. Kekayaan Elon Musk sudah lebih dari setengah bursa efek Indonesia. Bursa efek satu negara berkembang.
Memang sih, setelah itu harta kekayaannya kembali turun, karena Elon mengadakan jajak pendapat di Twitter mengenai penjualan sahamnya. Tapi, bukan ini fokusnya.
Apakah Elon Musk dalam waktu dua minggu tersebut mendapatkan kas keras sebesar USD 98 Milyar? Tentu tidak. USD 98 Milyar ini merupakan kenaikan nilai sahamnya. Elon memiliki 17% saham perusahaan Tesla dan instrumen derivatif senilai USD 92 Milyar. Instrumen derivatif ini berupa opsi saham, kontrak yang memungkinan Elon membeli saham Tesla dengan harga lebih murah suatu hari nanti.
Karena sebagian besar hartanya dalam bentuk saham Tesla, maka ketika ada berita Hertz (perusahaan rental mobil) mau beli 100 ribu mobil elektrik Tesla, saham Tesla langsung meroket. Saham Tesla menjadi menarik, sehingga semakin banyak orang ingin memiliki saham Tesla. Karena permintaan meningkat dan ketersediaan saham (supply) tetap, maka harga saham pun meningkat pula.
Elon Musk merupakan contoh ekstrim, tapi kira-kira seperti inilah situasi orang-orang kaya. Harta yang banyak mereka pegang bukan uang kas, tapi investasi dan aset. Memang sih, terkadang mereka memiliki dana kas dalam bentuk valuta asing, tapi tujuannya juga sebagai investasi.
Berikut ini adalah “contekan” bagaimana orang kaya menyimpan uangnya.
Menurut UBS, rata-rata orang kaya hanya menyimpan 7% kas atau setara. Sebagian besar diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk instrumen keuangan. Mereka juga menyebarkan investasi mereka ke beberapa negara sekaligus untuk mengurangi resiko.
Meski nilai kekayaannya fantastis, orang-orang terkaya di dunia seperti Elon Musk, Jeff Bezos, Bill Gates, dkk tidak memiliki kekayaan dalam bentuk uang kas Milyaran Dollar AS. Sebagian besar kekayaan mereka dalam bentuk saham yang nilainya dinamis. Jika valuasi perusahaan yang sahamnya mereka miliki bertambah karena semakin banyak orang membeli saham mereka, nilainya pun akan naik.
Inilah yang dinamakan capital gain. Karena nilai saham fluktuatif, maka tidak heran jika laporan orang terkaya di dunia berubah-ubah setiap waktu.
Orang kaya memastikan uangnya bekerja untuk mereka. Mereka sudah tidak lagi bekerja untuk uang. Bandingkan dengan kebanyakan orang yang takut investasi, sehingga uangnya hanya disimpan dalam tabungan atau deposito. Padahal, bank meminjamkan uang ini ke orang lain lagi untuk mendapatkan bunga.
Uang kertas Rp 100.000 hari ini jika disimpan begitu saja, maka tahun depan akan tetap sama. Malah mungkin nilai intrinsiknya sudah berkurang berkat inflasi. Tapi, dengan memiliki saham, surat tanah, hotel, serta aset-aset lainnya yang nilainya bisa meningkat, kekayaan pasti berkembang.
2. Pengeluaran dari Bunga Investasi
Kevin O’Leary, pebisnis Kanada dan salah satu investor/hiu dalam acara Shark Tank, dalam suatu interview pernah menceritakan didikan ibunya mengenai obligasi, yaitu “spend the coupon not the principal” atau “belanjakan kupon (sebutan bunga obligasi) tapi jangan uang yang diinvestasikan dalam obligasi (principalnya).” Apa maksudnya?
Maksudnya adalah jangan langsung membelanjakan pendapatan Anda. Investasikan dulu dalam bentuk aset. Barulah hasil dari si aset ini untuk menghidupi Anda. Kembali lagi, uang yang bekerja untuk Anda.
Investasi dapat menghasilkan capital gain (pertambahan nilai) serta coupon/dividend gain (bunga yang sifatnya berkala). Apa artinya? Misalnya Anda memiliki rumah, dan menyewakan rumah tersebut. Maka, uang sewa yang Anda dapatkan sejenis dengan pendapatan kupon/dividen. Sementara itu, jika Anda menjual rumah dan mendapatkan keuntungan IDR 1 Milyar misalnya, maka IDR 1 Milyar ini adalah capital gain atau pertambahan nilai investasi Anda.
Orang kaya sebisa mungkin akan mengatur supaya pengeluaran sehari-harinya berasal dari coupon/dividend gain. Supaya uangnya tidak habis-habis 😊 Ini termasuk juga dalam perencanaan preservasi kekayaan, supaya kelak anak cucunya tidak perlu bekerja lagi dari nol atau hidup susah. Aset mereka pun akan tetap surplus.
3. Pengetahuan Finansial yang Luas
Donald Trump bisa bayar pajak hanya USD 750 (sekitar IDR 10,6 juta) dan itu legal. Kok bisa demikian?
Orang kaya memiliki pengetahuan finansial yang luas. Pengetahuan finansial yang luas ini bukan hanya sebatas tahu harus investasi kemana saja, tapi juga memahami aturan main serta hukum pajak yang berlaku, tidak hanya di Indonesia tapi juga di mancanegara. Terutama di negara tempat mereka berbisnis. Jika mereka kurang memahami area tertentu, mereka akan mencari informasi atau konsultan yang ahli. Karena itu, mereka jadi bisa memanfaatkan semua daya ungkit finansial yang ada.
Mulai dari perjanjian pra nikah, cara menghemat pajak secara legal, investasi, asuransi, kartu kredit, semuanya didayagunakan sehingga menguntungkan posisi keuangan mereka. Pertimbangannya adalah berguna atau tidak, legal atau tidak.
Pajak usaha misalnya dapat dihemat dengan pencatatan yang tepat. Ada liabilitas, termasuk kerugian yang dapat dimasukkan dalam perhitungan selama lima tahun ke depan (aturan Indonesia). Prinsip seperti inilah yang dilakukan oleh Donald Trump untuk menghemat pajaknya secara legal.
Di masa sebagian besar orang takut dengan saham dan kripto, orang kaya sudah lebih dulu mempelajari, memahami, dan berkecimpung. Untuk kebutuhan sehari-hari, orang kaya memanfaatkan bunga yang lebih regular. Tidak terlalu tinggi, tapi terjamin, seperti deposito dan obligasi.
Ibarat mobil, ada gas dan rem. Semua investasi tadi merupakan gas. Bagaimana dengan remnya? Asuransi.
Karena aset dan investasi sudah dipilah-pilah dengan tepat, orang kaya memanfaatkan asuransi untuk memastikan jika terjadi resiko mereka tidak harus membongkar portfolio mereka. Mereka tidak mau kasih uangnya libur bekerja. Apakah orang kaya tidak bisa bayar sendiri biaya pengobatannya jika sakit? Tentu bisa, sangat bisa. Tapi, kalau bisa lebih hemat, mengapa tidak?
Baca juga: Asuransi Bisa Bikin Kamu Kaya, Gimana Caranya?
Ada trik bonus? Bayar asuransinya dengan kartu kredit sehingga dapat poin untuk tiket pesawat terbang gratis 🙂
4. Perencanaan Jangka Panjang
Orang kaya sebenarnya cukup parno (hati-hati), tidak terlalu positif thinking setiap saat. Karena itu mereka mengelola kekayaan mereka dengan mempertimbangkan berbagai resiko yang ada. Mereka sudah mempersiapkan plan A, B, C, dst. Salah satunya adalah bagaimana supaya kesejahteraan mereka bisa bertahan untuk jangka panjang.
Salah satu contohnya adalah dengan memiliki asuransi, seperti yang telah dijelaskan di poin sebelumnya. Contoh lainnya adalah apabila kebetulan mereka mendapatkan penghasilan atau omzet yang lebih besar dari biasanya, dana ini tidak akan langsung mereka hamburkan. Karena mereka sadar roda kehidupan berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Ada kemungkinan, besok mereka malah merugi. Atau, ada hal-hal yang tidak diinginkan maupun lupa diperhitungkan.
Jadi, dana ini langsung dibelikan aset atau diinvestasikan. Siap-siap kalau ada hujan badai keuangan, sudah ada tabungan. Bunganya baru dipakai untuk pengeluaran atau belanja.
Mengapa Orang Miskin Semakin Miskin?
1. Pemikiran Jangka Pendek/Belanja Berlebihan
Kebiasaan ini dimiliki banyak sekali orang, terutama yang tidak tahan godaan uang nganggur di rekening. Tidak semua, tapi cukup banyak. Berhubung orang berpenghasilan terbatas sudah terbiasa hidup pas-pasan, maka ketika ada dana besar sedikit, langsung euforia berlebihan. Beli hp, jajan enak, staycation, dsb. Lupa kalau nanti anak kuliah akan butuh biaya besar.
National Endowment for Financial Education (NEFE) AS mengatakan bahwa 70% pemenang lotere bangkrut dalam waktu beberapa tahun saja setelah menerima lotere. Salah satu penyebabnya adalah pemikiran jangka pendek, atau tidak ada perencanaan untuk jangka panjang. Seringkali lupa kalau uang lebih ini sifatnya hanya sekali-sekali saja, tidak untuk seterusnya.
Apakah Anda tahu apa yang harus Anda lakukan jika Anda menang lotere atau mendapat uang kaget?
Apakah Anda tahu apa yang akan Anda lakukan jika Anda menang lotere atau mendapat uang kaget?
Dua pertanyaan di atas bukan pengulangan, tapi dua pertanyaan yang berbeda. Keinginan pasti bermacam-macam. Barang-barang yang selama ini diincar, liburan yang selama ini diidamkan, pasti langsung kepikiran. Tapi tunggu dulu, mengapa tidak mengembangkan dana tersebut terlebih dahulu agar hidup Anda bisa lebih rileks? Setelah berkembang, barulah Anda belanjakan.
Baca juga: Orang Kaya Baru, Siasati Uang Kaget Agar Tidak Bangkrut
2. Tabungan Tidak Kunjung Terbentuk
Penghasilan yang terlalu sedikit menyebabkan sulitnya menabung. Menurut teori hirarki kebutuhan manusia dari Abraham Maslow, orang yang kebutuhan finansialnya terpenuhi tidak lagi memusingkan urusan survival atau keberlangsungan hidup. Yang mereka cari adalah kebahagiaan bersama orang-orang tercinta, aktualisasi diri, serta prestasi.
Sementara orang miskin sehari-hari disibukkan dengan pikiran bagaimana cara memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika laju pendapatan terus kalah dengan inflasi kebutuhan hidup, maka tabungan tidak akan kunjung terbentuk, sehingga mereka tidak akan dapat naik ke jenjang kebutuhan berikutnya.
3. Kemiskinan Struktural
Orang kaya akan mengajarkan anak-anaknya menjadi kaya, sementara orang miskin akan mengajarkan anak-anaknya menjadi miskin. Karena tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai cara mengelola uang, orang yang pas-pasan kemungkinan besar akan mewariskan ilmu keuangan dan cara pikir yang pas-pasan juga ke anak-anaknya.
Hal ini menjadi salah satu hal yang menyorot pentingnya membaca buku. Jika Anda masih kecil, Anda tidak tahu apakah yang orang tua Anda ajarkan sudah optimal atau belum. Dengan buku, Anda bisa memperoleh informasi dari berbagai sumber berkualitas.
Kesimpulan
Jika Anda merasa posisi keuangan Anda sekarang belum baik, kurangi pengeluaran Anda dan utamakan menabung serta berinvestasi. Yang penting, Anda tahu persis resiko investasi pilihan Anda. Jangan lupa juga untuk menyisihkan dana membeli asuransi, supaya jika resiko terjadi, keuangan Anda dan keluarga tidak terperosok.
Seperti yang kita lihat di atas, sulit sekali bagi orang yang pas-pasan untuk membentuk fondasi keuangan yang kuat. Sekalinya Anda sudah berada di posisi yang cukup baik, jangan terlalu cepat senang dulu. Pastikan posisi keuangan Anda di esok hari lebih baik lagi, lebih kokoh lagi, sehingga Anda dan keluarga dapat menikmati hidup sejahtera tanpa dibayangi rasa takut.