Siapa tidak kenal perusahaan Google? Menurut SEMRush, Google adalah website yang paling banyak dikunjungi di Indonesia, di atas detik.com, YouTube, serta Facebook (sekarang Meta). Dari mencari resep masakan hingga resep sukses, orang Indonesia akan bertanya kepada mbah Google.
Perusahaan ini memiliki sejumlah keunikan yang patut disimak. Yuk, kita ulas satu per satu.
Tunjangan Kematian Karyawan Perusahaan Google yang Fantastis
Menurut kesaksian salah satu karyawan Google, istrinya sempat menangis ketika mendengar tunjangan kematian ini. Saking terharunya. Kok bisa?
Jadi, perusahaan Google menarik bakat-bakat terbaik dengan cara memberikan berbagai manfaat menarik. Salah satu kelebihan bekerja di Google adalah tunjangan kematian yang sangat baik untuk keluarga karyawan yang meninggal.
Jika seorang karyawan perusahaan Google meninggal, maka pasangan yang ditinggalkan berhak memperoleh 50% dari pendapatan karyawan tersebut selama 10 tahun. Sementara, putra-putri dari pasangan tersebut berhak mendapatkan tunjangan bulanan sebesar USD 1,000 per bulan sampai mereka menginjak usia 19 tahun, atau 23 tahun jika mereka sedang mengenyam pendidikan purna waktu (full time).
Dari adanya manfaat ini, kita belajar bahwa Google sangat menghargai karyawannya dan memperhatikan perencanaan keuangan keluarga yang ditinggalkan apabila karyawan tersebut meninggal dunia. Tentunya, keluarga yang ditinggalkan memerlukan biaya hidup, biaya pendidikan anak-anak, dan sebagainya. Sayangnya, tidak semua perusahaan memiliki manfaat seperti ini.
Kabar baiknya, manfaat seperti ini sebenarnya dapat Anda miliki tanpa harus bekerja di Google. Kabar lebih baiknya lagi:
- Manfaat tunjangan seperti ini sebenarnya tidak semahal yang diduga banyak orang. Bahkan, cukup murah sebenarnya. Memang sih, Sundar Pichai dan kawan-kawan dibayari oleh perusahaan Google. Tapi, belum tentu tunjangan semacam ini jadi tidak terjangkau untuk Anda. Justru sebaliknya.
Sebagai gambaran, bayangkan seorang Pria usia 37 tahun yang penghasilan per tahunnya sebesar Rp 1 Milyar. Berarti, besarnya tunjangan untuk pasangannya (jika mengikuti rumus Google) adalah Rp 5 Milyar. Pria ini hanya perlu menyisihkan sekitar 27 juta per tahun, atau hanya sekitar 2,7% saja dari pendapatan per tahunnya.
Bahkan, ada berbagai pilihan lain untuk mendapatkan manfaat ini. Misalnya, jika Pria tersebut ingin dananya dijamin kembali, maka beliau bisa memilih berbagai produk tradisional yang dananya dijamin kembali.
Jika Anda tertarik dengan program semacam ini, Anda dapat menghubungi tim kami untuk info lebih lanjut.
Baca juga: Asuransi Premi Kembali & Pilihan Produk Menarik
- Anda tetap memiliki manfaat tersebut meskipun Anda pindah kerja. Anda memiliki fleksibilitas untuk tetap memiliki tunjangan pengaman keuangan keluarga dimanapun Anda bekerja atau berbisnis. Lain dengan karyawan Google yang harus tetap di Google untuk tetap berhak mendapatkan manfaat semacam ini.
- Fleksibilitas lainnya adalah Anda dapat mengatur sendiri manfaat seperti apa yang Anda inginkan. Jika Anda hanya ingin tunjangan kematian diperbesar, bisa. Tunjangan anak saja, bisa. Tunjangan anak lebih besar dari USD 1,000, juga bisa. Sesuai dengan kriteria Anda.
Tunjangan seperti ini tentunya sangat membantu keluarga yang ditinggalkan, dan merupakan salah satu pilar utama perencanaan keuangan keluarga. Anda dapat konsultasi langsung melalui tombol Whatsapp di kanan bawah untuk mengetahui berapa premi yang harus Anda bayarkan untuk tunjangan seperti di atas.
Ide ini juga dapat Anda terapkan untuk karyawan-karyawan Anda juga apabila Anda adalah pemilik usaha. Dengan ini, Anda bisa memberikan manfaat besar namun dengan biaya atau premi yang jauh lebih kecil.
Baca juga: Asuransi Perusahaan
Apakah Google merupakan Perusahaan Monopoli?
Perusahaan Google sendiri merupakan perusahaan teknologi yang tidak hanya bergerak di bidang search engine (mesin pencari), tapi juga periklanan, artificial intelligence, serta berbagai layanan yang membantu produktivitas kerja (misalnya Google Drive, Google Sheets, serta Google Calendar).
Bahkan, perusahaan Google juga meluncurkan telepon genggam yang dinamai Google Pixel.
Google bisa dibilang berjasa merevolusi industri periklanan. Berkat Google, biaya iklan melalui pencarian jadi jauh lebih murah. UMKM menjadi bisa lebih bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang lebih besar karena kini ada visibilitas di dunia online.
Dalam bukunya yang berjudul Zero to One, Peter Thiel memuji kehebatan bisnis Google dan menjulukinya perusahaan monopoli karena performa bisnisnya tidak tersaingi (atau saingannya jauh lebih kecil). Efeknya, margin laba perusahaan Google yang gemuk serta nilai saham yang semakin meningkat.
Perusahaan Google berada di bawah naungan Alphabet Inc. sebagai holding company. Menurut Visual Capitalist, setidaknya 85% pendapatan Grup Alphabet berasal dari iklan, baik di google (Google Ads), video YouTube, maupun Google Maps.
Sekedar info, kini Alphabet Inc. tengah berinvestasi ke berbagai perusahaan yang diharapkan bisa menjadi the next Google. Perusahaan-perusahaan ini antara lain Waymo (mobil yang bisa mengemudi sendiri), Nest (produk-produk rumah pintar atau smart home), dan Wing (deliveri melalui drone).
Alphabet sempat berinvestasi di perusahaan bernama Loon, tapi kini sudah tidak lagi. Loon ini menyediakan jasa balon internet. Apa itu balon internet? Balon yang sangat besar, dan tujuannya untuk memberikan akses internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Lihat gambar berikut ini kalau Anda tidak terbayang seperti apa Loon itu.
Meski sudah diamputasi Alphabet, Loon ini sempat berjasa mengembalikan akses internet di Puerto Rico setelah bencana Badai Maria pada tahun 2017. Kini, Alphabet Inc. sudah menjual kurang lebih 200 patent Loon ke SoftBank Corp Jepang.
Nama SoftBank di Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi. Berbagai perusahaan startup di Indonesia seperti Uber, Ajaib, EV Hive, Tokopedia, serta Grab mendapatkan suntikan dana investasi dari SoftBank.
OK, kembali lagi ke perusahaan Google. Dengan menciptakan produk/layanan yang nyaris tidak ada saingannya, Google mendapatkan julukan perusahaan monopoli karena labanya yang memuaskan. Dari sini kita belajar, memiliki produk/layanan yang sangat bermanfaat namun sulit ditiru kompetitor akan sangat menguntungkan bagi kita. Tidak perlu adu harga seperti pedagang baju atau makanan. Yah, teorinya seperti itu 😊 memang lebih mudah daripada prakteknya.
Selain itu, kita bisa melihat bahwa perusahaan sekelas Alphabet Inc. pun masih bisa melakukan kesalahan dengan berinvestasi di Loon. Dalam berbisnis maupun perencanaan keuangan keluarga, sudah pasti ada investasi-investasi yang kurang menguntungkan atau keputusan-keputusan yang merugikan.
Tapi kesalahan tidak berarti otomatis kegagalan. Selama perusahaan atau keluarga sudah siap dengan kemungkinan skenario terburuk, maka kerugian finansialnya akan teratasi.
Seperti kata tatonya Rihanna, “never a failure, always a lesson,” yang artinya, “tidak ada kegagalan, hanya pembelajaran.” Jadi, bagi Anda yang ingin memulai bisnis baru, jangan takut salah ya. Semangat!
Jangan Takut Berinvestasi
Hampir semua orang di dunia ingin kaya atau setidaknya berkecukupan, tidak perlu khawatir lagi soal masalah keuangan. Salah satu pilar perencanaan keuangan keluarga adalah investasi keuangan.
Ada berbagai bentuk investasi yang bisa Anda manfaatkan untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Yang jelas, jangan mengandalkan asuransi sebagai alat investasi, karena asuransi punya tujuan berbeda.
Baca juga: Gimana Caranya Asuransi Bisa Bikin Kamu Kaya?
Jangan hanya mengandalkan pekerjaan atau bisnis Anda saja. Investasi yang tepat bisa mempercepat Anda mencapai target finansial, meringankan beban pekerjaan Anda dalam mencari nafkah. Berikut salah satu contohnya, kisah Scott Hassan.
Scott Hassan adalah salah satu programmer Google pada tahun 1996. Hassan tidak lanjut bekerja lama dengan Sergey Brin dan Larry Page (para pendiri Google), namun Hassan membeli saham Google sebanyak 160.000 lembar seharga USD 800 (sekitar Rp 11,4 juta menurut kurs akhir Nov 2021). Sekarang, nilai 160.000 lembar saham Google adalah sekitar USD 13 Milyar, atau IDR 185 Triliun. Sepertinya, Scott Hassan sudah beberapa kali menjual saham Googlenya, karena perkiraan total kekayaannya ‘hanya’ USD 1 Milyar.
Selain Scott Hassan, Profesor David Cheriton, dosen Sergey Brin dan Larry Page ketika masih kuliah di Stanford dulu, juga ikutan jadi kaya raya. Pasalnya, Prof Cheriton menjadi salah satu investor awal di Google dengan uang sebesar USD 100,000. Kini, kekayaannya ditaksir sebesar USD 12 Milyar.
Mungkin investasi Anda tidak akan berakhir sefantastis Scott Hassan dan Prof Cheriton. Tapi, jangan biarkan uang Anda ‘nyantai.’ Coba kita contek bagaimana orang kaya menaruh uangnya.
Jika kas Anda belum terlalu banyak, rajin-rajinlah mencari informasi reksa dana, saham, obligasi, p2p lending, mata uang kripto, dan sebagainya. Yang penting, Anda ketahui resikonya dan membagi dana Anda ke dalam pundi-pundi yang berbeda untuk mengurangi resiko.
Demikian informasi mengenai Google, perencanaan keuangan keluarga, serta investasi. Semoga informasi ini bermanfaat!