Semua orang ingin kaya. Tapi, tidak semua orang bisa jadi kaya. Apa sih yang membedakannya?
Kebanyakan motivator bilang, perbedaannya ada di mindset atau pola pikir. Mindset orang kaya berbeda dengan mindset orang miskin. Setujukah Anda?
Ada juga yang bilang, dunia tidak adil. Kaya itu nasib. Mau kaya harus jadi anak sultan, atau hanya anak orang kaya kemungkinan besar jadi kaya. Sama halnya seperti anak orang menengah atau orang miskin, kemungkinan akan mengikuti orang tuanya.
Tapi tahukah Anda, 72% dari orang-orang terkaya di dunia tidak kaya dari warisan? Hanya 7% lho yang kaya 100% dari warisan! Jadi, ada harapan untuk kita-kita yang tidak terlahir sebagai anak sultan.
Selain itu, tahukah Anda bahwa jumlah orang kaya di Indonesia meningkat 62,3% setelah pandemi COVID-19? Padahal, jumlah pengangguran di Indonesia naik akibat pandemi. Aneh bukan?
Memang benar, dunia tidak adil. Karena itulah, kita semua bermain dengan apapun yang kita miliki. Pahami keadaan, dan berstrategi. Tidak ada yang bisa memilih siapa orang tua kita, dan dimana kita akan dilahirkan. Paling tidak, kita sudah patut bersyukur tidak dilahirkan di Korea Utara atau Syria saat ini.
Jadi, mari kita fokus pada pola pikir atau mindset. Kenapa? Karena pola pikir masih dapat diubah. Orang tua Anda, kondisi bawaan lahir Anda, semuanya sudah berlalu dan tidak dapat dirubah. Dengan proses pembelajaran serta niat yang kuat, Anda dapat memiliki mindset orang kaya. Maka itu fokuslah pada hal yang masih dapat Anda kendalikan.
Susah gak sih jadi orang kaya?
Menurut Credit Suisse, pada tahun 2020 ada 171.740 orang Indonesia yang kekayaan bersihnya setidaknya USD 1 juta (sekitar IDR 14,6 Milyar). Sementara itu, menurut Laporan Himalayan Database 2018 ada 5.294 orang dari seluruh dunia yang sudah berhasil mendaki Gunung Everest.
Jadi kesimpulannya, menjadi orang kaya tidak semustahil mendaki Gunung Everest. Tidak mudah, tapi tidak mustahil. Apalagi, kalau target Anda dibawah USD 1 juta atau IDR 14,6 Milyar. Lebih mungkin lagi tercapainya!
Kembali lagi ke mindset orang kaya. Apa saja pola pikir orang kaya yang patut Anda tiru?
1. Fokus pada Kelebihan, bukan Kekurangan (Anda bukan Superman)
Ini adalah poin yang sering disalahartikan. Kenapa? Ketika membaca “fokus pada kelebihan”, orang sering beranggapan artinya adalah positive thinking. Padahal, salah besar! Jadi, simak dulu penjelasannya sebelum menyimpulkan.
Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Orang yang kaya (atau orang sukses) sudah tahu kelemahan dan kelebihannya. Misalnya, seorang Raffi Ahmad pasti sudah tahu dirinya jago membawakan acara atau menghidupkan suasana. Maka itu, ia fokus tampil di televisi maupun video Youtube.
Pasti juga semua orang tahu, Raffi Ahmad tidak mengedit video-video Youtubenya sendiri. Dia bukan ahli video editing. Karena itu, dia menggaji orang untuk mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dia kerjakan sendiri. Inilah mindset orang kaya.
Waktu di sekolah, Anda diajarkan untuk menjadi sempurna. Nilai baru dapat 100 kalau Anda benar semua. Semua harus bisa dikerjakan sendiri. Mandiri. Superman atau superwoman. Tapi, Anda bukan robot. Anda punya minat, bakat, dan keahlian tertentu.
Fokuskan waktu Anda untuk mengerjakan hal yang Anda kuasai. Seseorang tidak bisa kaya sendirian. Kalau Raffi Ahmad mengerjakan semuanya sendiri, dia tidak akan sekaya sekarang.
Anda juga butuh bantuan orang lain. Carilah orang lain yang mengisi kekurangan Anda. Manusia hidup untuk saling melengkapi. Alhasil, waktu Anda dapat dihabiskan untuk hal yang lebih produktif dan menyenangkan.
2. Punya Perencanaan Jangka Panjang
Orang bermental kaya punya banyak keinginan, dan mereka sangat disiplin dalam mencapainya. Misalnya, ingin menyekolahkan anak-anak ke luar negeri, ingin bisa jalan-jalan setiap tahun, ingin punya gaya hidup yang tinggi, punya rumah di setidaknya tiga negara, dan sebagainya.
Pada mindset orang kaya, keinginan-keinginan seperti ini tidak hanya sekedar menjadi angan-angan, tapi menjadi tujuan yang harus mereka capai. Cara mencapainya adalah memiliki perencanaan jangka panjang dan disiplin menjalankannya. Satu lagi, harus ada keteguhan atau ‘kesetiaan’ dalam mencapai tujuan tersebut (jangan gonta ganti terus goalnya).
Contohnya, mereka menghitung berapa biaya pendidikan di luar negeri ketika anak-anaknya sudah besar kelak. Mereka menghitung biaya pembangunan rumah impian mereka. Dari tujuan-tujuan tersebut, baru mereka mensiasati cara mendapatkan tujuan mereka tersebut. Mereka mulai sedini mungkin agar tujuan mereka segera tercapai.
3. Pola Pikir Kelimpahan, bukan Keterbatasan
Masih ingat data di atas? Jumlah orang kaya di Indonesia meningkat, sementara pada saat bersamaan jumlah pengangguran di Indonesia naik akibat pandemi COVID-19. Ada orang yang sibuk memikirkan kesulitan berbisnis saat COVID-19, tapi ada orang-orang yang malah menganggap pandemi sebagai peluang dan memanfaatkannya. Pertanyaannya, Anda ingin jadi yang mana?
Pola pikir kelimpahan adalah mindset orang kaya. Di kepalanya, orang kaya tidak membatasi kemungkinan positif yang mungkin terjadi pada dirinya. Berbeda dengan orang berpola pikir miskin. Di kepalanya, orang ini membayangkan segala sesuatunya terbatas. Kalau orang lain sudah dapat omzet, berarti porsi orang ini berkurang. Padahal, tidak seperti itu.
Kenapa kita harus mengadopsi pola pikir kelimpahan? Karena pola pikir ini menguntungkan. Juga karena ini bukan pola pikir yang salah. Mau buktinya?
Selama 15 tahun terakhir saja, kekayaan orang-orang terkaya di dunia terus meningkat. Bagaimana bisa terus meningkat jika segala sesuatunya terbatas?
Di Amerika Serikat, indeks saham Dow Jones Industrial Average tahun 2020 sudah meningkat 30 kali lipat dibandingkan tahun 1980. Sekali lagi, pola pikir kelimpahan.
Di negeri kita sendiri, IHSG sudah meningkat 7 kali lipat sejak tahun 2000. Karena itu, jangan membatasi diri sendiri dan hal-hal yang bisa kita capai. Dengan pola pikir berkelimpahan, Anda sudah menyatakan diri Anda siap bertumbuh dan menerima berkah. Anda akan semakin menguasai mindset orang kaya.
4. Siap Tempur Hadapi Resiko
“Hoping for the best, prepared for the worst, and unsurprised by anything in between.” (Berharap yang terbaik, siap siaga menghadapi yang terburuk, dan tidak lagi dikejutkan oleh yang terjadi diantara yang terbaik dan terburuk) —
Maya Angelou, penulis Amerika Serikat
Perbedaan mindset orang kaya dengan orang biasa adalah orang kaya bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk. Jangan heran, kadang orang kaya bisa lebih negative thinking atau parno daripada orang biasa lho!
Masih ingat pola pikir kelimpahan? Pola pikir ini muncul dari fakta bahwa segalanya mungkin terjadi. Bisa baik, bisa buruk.
Orang kaya atau orang sukses berpikiran realistis. Mereka sudah memikirkan resiko apa saja yang mungkin terjadi. Berbeda dengan orang biasa yang hanya berharap supaya resiko buruk tidak terjadi.
Karena itu, orang kaya biasanya memiliki tabungan darurat dan asuransi, baik asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan. Asuransi jiwa digunakan untuk membangun kekayaan yang lebih kokoh untuk generasi penerus. Sedangkan asuransi kesehatan digunakan untuk menjaga tabungan mereka agar tidak habis untuk berobat.
Bukan berarti orang kaya tidak bisa bayar biaya pengobatannya sendiri. Mereka sangat bisa membayar sendiri. Tapi, kalau bisa dihemat dengan asuransi, mengapa tidak? Dengan adanya asuransi, jika terjadi resiko yang tidak diinginkan, orang-orang kaya tidak harus mencairkan aset serta investasi mereka untuk membayar tagihan rumah sakit. Dengan demikian, uang mereka bisa terus bekerja 24/7.
Baca juga: Gimana Caranya Asuransi Bisa Bikin Kamu Kaya?
Orang kaya sadar, apapun bisa terjadi. Karenanya, mereka mempersiapkan diri untuk keadaan terburuk. Alhasil, persiapan ini membuat mereka tenang. Sehingga, mereka bisa lebih fokus bekerja untuk mencapai kesuksesan.
5. Berani Berbisnis dan Berinvestasi (Daya Ungkit)
Karena sudah memperhitungkan semua resiko yang ada, orang bermental kaya berani berbisnis atau berinvestasi. Orang awam suka menilai, orang kaya terlalu nekat. Terlalu berani. Padahal, orang lain tidak tahu, segalanya sudah diperhitungkan oleh orang bermental kaya.
Justru, orang kaya lebih takut kehabisan uang ketika sudah berusia senja. Maka itu, mereka berusaha mengumpulkan aset sebanyak mungkin dengan tempo waktu secepat mungkin.
Orang kaya tidak hanya mengandalkan usaha/bisnis/pekerjaan saja, tapi juga mengandalkan investasi. Mengapa? Karena mereka sadar akan daya ungkit dari investasi. Investasi adalah cara terbaik membuat uang bekerja untuk Anda.
Uang yang sudah mereka kumpulkan, diinvestasikan dalam berbagai bentuk seperti properti, logam mulia, saham, ETF, serta obligasi.
Cara paling mudah untuk pemula adalah berinvestasi di reksa dana atau indeks saham seperti IHSG, JII, atau Hang Seng, S&P, Dow Jones, maupun NASDAQ karena diversifikasi yang tinggi (seperti membeli banyak saham sekaligus).
Bahkan, tidak sedikit yang kreatif dan membeli aset seperti lukisan, barang-barang antik/koleksi, maupun lahan pemakaman.
Mari kita lihat portfolio atau tempat investasi pilihan orang kaya menurut UBS berikut ini.
Menurut UBS, hanya 7% dari aset orang kaya dalam bentuk kas atau setara. Mengapa demikian? Karena orang kaya senang mempekerjakan uangnya, untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang.
Jika Anda ingin bisa pensiun dini, Anda harus memikirkan mulai dari sekarang, kira-kira berapa besar dana pasif yang Anda ingin dapatkan tiap bulannya? Kehidupan seperti apa yang Anda inginkan? Mulailah dari sekarang dengan menabung, lalu menginvestasikan tabungan tersebut, agar impian Anda bisa cepat terkejar.
Misalnya, Anda ingin punya penghasilan Rp 80 juta per bulan tanpa aktif bekerja. Langkah berikutnya adalah mencari cara bagaimana mendapatkan dana ini secara pasif. Misalnya, membuka hotel kecil, kos-kosan, atau memiliki tabungan dalam bentuk obligasi atau pendapatan tetap. Ngomong-ngomong obligasi, jangan lupa cek peringkat keamanannya di PHEI (Penilai Harga Efek Indonesia).
Jika Anda menemukan pendapatan tetap yang menghasilkan 8% per tahun, maka Anda harus mengumpulkan setidaknya Rp 12 Milyar untuk mendapatkan Rp 80 juta per bulan secara pasif.
Semuanya tinggal direncanakan dan dihitung! Tentunya, Anda juga perlu memahami dengan benar resiko setiap investasi yang akan Anda geluti.
Selain berinvestasi, mempekerjakan orang lain juga berarti memanfaatkan daya ungkit. Sehingga, seperti Raffi Ahmad tadi, Anda bisa fokus melakukan hal-hal yang optimal Anda kerjakan.
6. Selalu Cari Cara yang Lebih Baik Lagi (Improvement)
Orang kaya selalu up to date ilmunya, terutama ilmu keuangan. Mulai dari saham, properti, valuta asing, derivatif, mata uang kripto, hingga hukum perpajakan, berbagai hukum usaha, serta perubahan-perubahan aturan dari pemerintah. Tidak hanya di dalam, tapi juga di luar negeri.
Orang kaya juga tahu keterbatasan dirinya. Jika ada suatu hal yang ia tidak tahu atau tidak menguasai, maka ia akan mencari tahu melalui kelas, menyewa jasa konsultan, membaca berita, dan sebagainya.
Setelah usaha maupun pekerjaan yang dijalankan orang kaya mencapai level tertentu, orang bermental kaya akan terus berpikir bagaimana cara meningkatkan kinerja usahanya.
Kalau menginginkan sesuatu, orang kaya akan memutar otak memikirkan solusi bagaimana cara mendapatkan. Tidak hanya mengatakan “ah itu terlalu mahal” atau “ah itu terlalu susah” lalu menyerah begitu saja.
Ada berbagai alasan mengapa orang senang menjadi entrepreneur atau pengusaha, seperti berikut ini:
- Bisa mengatur jadwal dan tujuan hidup sendiri
- Bisa lebih kreatif dan berinisiatif
- Bekerja dengan banyak orang, menolong orang, dan mencari solusi
- Kesempatan belajar berbagai hal
- Bisa fokus menjalani hal yang disukai
- Menyukai tantangan untuk menjadi yang terdepan dalam industri
Untuk orang kaya dan orang bermental kaya, bisnis atau usaha adalah suatu hal yang menarik dan menantang. Suatu hal yang asyik. Kadang juga seperti permainan.
Orang bermental sukses selalu ingin memenangkan permainan. Inilah mengapa orang sukses dan orang kaya selalu termotivasi untuk bangun setiap pagi, menghadapi tantangan, dan mencari solusi.
Jika Anda ingin sukses, Anda harus belajar mengadopsi usaha/investasi sebagai hal yang menarik dan menantang. Bukan sebagai sumber stress. Jika Anda mengasosiasikan cara mencari uang dengan rasa tertekan, maka Anda sadar tidak sadar akan selalu menjauhi pekerjaan/usaha Anda, sehingga Anda akan sulit sekali untuk bisa naik ke level berikutnya.
Apabila Anda tidak menyukai pekerjaan/usaha Anda sekarang, carilah aspek dari pekerjaan/usaha tersebut yang Anda sukai, lalu fokus disitu. Tidak ada pekerjaan yang sempurna. Tapi, jika sama sekali tidak ada aspek yang Anda sukai, carilah pekerjaan/usaha yang lain. Karena hidup terlalu singkat untuk terjebak di dalam pekerjaan/usaha yang Anda benci.
7. Kalau Dapat Uang, Tidak Langsung Dibelanjakan
Seperti yang sudah kita ketahui dari informasi di atas, orang kaya memiliki rencana jangka panjang. Rencana jangka panjang ini begitu kuat dan selalu mereka ingat. Karena itu, mereka umumnya tidak mudah tergoda untuk belanja hal-hal yang tidak perlu.
Mereka akan menginvestasikan sebagian besar penghasilan mereka. Atau, memutarkannya kembali ke dalam modal usaha. Mereka juga memastikan semua kewajiban mereka terpenuhi (pajak, gaji karyawan, pengeluaran usaha, dan sebagainya) sebelum mengeluarkan uang untuk kesenangan pribadi yang tidak menghasilkan uang.
8. Pantang Menyerah (Grit)
Inul Daratista, penyanyi dangdut yang kini sukses dan kaya raya, dulu sempat susah dan pernah tidur di bawah truk. Sule, pelawak kondang, juga pernah mengalami hanya dibayar dengan nasi kotak di awal karirnya. Penyanyi rap Eminem dulunya hidup susah, hidup berpindah-pindah, sering di-bully, dan hengkang dari sekolah setelah SMP karena jarang masuk dan nilai-nilainya buruk.
Tapi, mereka semua berhasil sukses.
Apa sebenarnya yang membedakan orang sukses dengan orang yang tidak sukses? Menurut penelitian Prof Angela Duckworth dari University of Pennsylvania, perbedaannya ada di grit atau kegigihan seseorang.
Kegigihan adalah kualitas yang selalu ia temukan pada orang-orang sukses. Prof Duckworth juga menciptakan Grit Scale, sebuah tes berisi 10 pertanyaan yang mengukur seberapa gigihnya Anda.
Menurut Prof Duckworth, kegigihan tidak berhubungan dengan IQ seseorang, tapi lebih erat hubungannya dengan sifat conscientiousness. Karena sulit diterjemahkan dengan satu kata bahasa Indonesia, mari kita lihat ciri-ciri orang yang memiliki sifat tersebut:
- Lebih rapi dan terorganisir
- Tidak impulsif (melalukan sesuatu karena dorongan/godaan sesaat, misalnya belanja)
- Berhati-hati dalam menggunakan uang, bisa menyimpan uang
- Tidak mudah tersulut emosi
- Mampu mengendalikan diri sendiri dan disiplin diri
- Mampu bekerja secara ’marathon’ atau jangka panjang terhadap tujuan utamanya
Sifat gigih dan pantang menyerah ini akan membantu Anda untuk mencapai kesuksesan.
Semoga artikel ini bermanfaat!