Satu lagi vaksin COVID-19 menerima persetujuan darurat dari FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat. Persetujuan darurat ini dikeluarkan tentu saja karena wabah Coronavirus masih belum terkendali sepenuhnya.
Seperti apa vaksin baru ini? Apa bedanya dengan vaksin COVID-19 lainnya? Yuk, kita simak satu demi satu.
- Bagaimana Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Bekerja?
- Kelebihan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson
- Tingkat Efektivitas Vaksin
- Usia Penerima Vaksin
- Bolehkah Menerima Vaksin Johnson & Johnson jika Darah Tinggi atau Diabetes?
- Efek Samping Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson
- Mengapa Vaksin ini disebut Janssen?
- Apakah Efek Samping Vaksin COVID-19 Dicover Asuransi Kesehatan?
Bagaimana Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson Bekerja?
Sebelum kehadiran vaksin COVID-19 Johnson & Johnson atau vaksin COVID-19 Janssen ini, sudah ada beberapa merek vaksin yang disetujui. Ada Sinovac dari China, Oxford-AstraZeneca dari Inggris, Sputnik dari Rusia, serta Moderna, Pfizer dan Novavax dari USA, dan lain-lain.
Berbagai vaksin ini punya cara kerja masing-masing. Vaksin konvensional, seperti Sinovac dan Novavax, berasal dari virus Corona yang dilemahkan atau dimatikan.
Sementara Moderna dan Pfizer menggunakan mRNA (untuk selengkapnya, Anda bisa membaca artikel kami vaksin mRNA COVID-19). Lain lagi halnya dengan Oxford-AstraZeneca yang menggunakan DNA.
Kalau Johnson & Johnson bagaimana? Ternyata, sama dengan Oxford-AstraZeneca, yaitu menggunakan DNA. DNA ini dikemas dalam adenovirus.
Figure 1 DNA dalam adenovirus (Sumber: nytimes.com)
Masih ingat bentuk virus Corona? Bulat dan dikelilingi banyak duri, mirip rambutan atau durian. Duri-duri ini berasal dari protein khusus pada virus Corona. Jadi, vaksin COVID-19 Janssen ini menambahkan protein duri COVID-19 ke virus flu yang sudah dimodifikasi, namanya adenovirus 26.
Adenovirus 26 ini sudah dimodifikasi sehingga tidak bisa berkembang biak atau menyebabkan penyakit ketika sudah masuk ke tubuh orang yang divaksin.
Mirip dengan vaksin Oxford-AstraZeneca yang juga menggunakan adenovirus. Bedanya, adenovirus yang digunakan Oxford-AstraZeneca berasal dari simpanse, namanya ChAdOx1. Gak perlu dihafal ya.
Kelebihan Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson
Kelebihan utama vaksin COVID-19 yang dinamain Janssen ini adalah hanya butuh satu kali suntikan saja. Lain halnya dengan vaksin-vaksin lainnya yang memerlukan dua suntikan.
Hal ini tentunya akan sangat mempermudah pasien penerima vaksin. Seringkali, pasien lupa untuk disuntik vaksin lanjutan. Apalagi kalau jeda waktunya lama. Akibatnya, vaksin tidak bekerja maksimal dan kemungkinan harus diulang lagi. Dengan hanya memerlukan satu suntikan saja, vaksin COVID-19 Janssen ini sungguh praktis.
Kelebihan lainnya adalah penyimpanan vaksin yang tidak kalah praktis. Kalau vaksin mRNA dari Pfizer butuh suhu kutub, vaksin Johnson & Johnson ini hanya perlu suhu kulkas 2 – 8 derajat Celsius saja. Vaksin ini juga bisa disimpan selama tiga bulan.
Tingkat Efektivitas Vaksin
Untuk efektivitasnya, COVID-19 Johnson & Johnson ini dinilai 72% ampuh mencegah penularan COVID-19. Juga, sekitar 86% efektif mencegah gejala COVID parah. Selain itu, vaksin ini dinilai 64% ampuh terhadap varian COVID-19 Afrika Selatan yaitu B.1.351.
Berikut perbandingan tingkat efektivitas berbagai vaksin COVID-19 dari Statista.
Jadi, apakah ini berarti vaksin COVID-19 Janssen kurang efektif? Tidak sama sekali. Nilai vaksin Johnson & Johnson ini sudah bagus sekali. Bandingkan dengan vaksin flu tahunan, yang tingkat efektivitasnya hanya sekitar 40 – 60%.
Karena vaksin COVID-19 Janssen juga lebih baru, diperkiraan vaksin ini akan lebih ampuh terhadap varian mutasi COVID-19 terbaru.
Usia Penerima Vaksin
Vaksin ini boleh digunakan untuk usia 18 tahun ke atas. Bahkan, usia 60 ke atas diperbolehkan menerima vaksin Janssen ini.
Bolehkah Menerima Vaksin Johnson & Johnson jika Darah Tinggi atau Diabetes?
Menurut FDA Amerika Serikat, vaksin ini cukup aman untuk penderita penyakit seperti kegemukan, darah tinggi, serta diabetes. Setidaknya, manfaat dari vaksin melebihi potensi resikonya. Berdasarkan percobaan klinis, tidak ada kematian dalam 28 hari setelah menerima vaksin Johnson & Johnson.
Hanya saja, kalau sudah berusia di atas 60 tahun dan sudah memiliki penyakit parah, keampuhan vaksin menurun hingga 42%.
Efek Samping Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson
Ketika baru dirilis, Johnson & Johnson mengeluarkan peringatan bahwa pasien penerima vaksin bisa mengalami efek samping berupa peradangan, atau kematian akibat COVID-19 apabila vaksin ini ternyata gagal mencegah pasien tertular virus Corona. Karena itu, penerima vaksin disarankan menerima vaksin dalam kondisi istirahat cukup. Tidak boleh terlalu capek agar tubuh bisa menciptakan antibodi dengan baik.
Namun, sekitar 3 bulan setelah vaksin ini dirilis, ada beberapa efek samping yang tercatat. Menurut data dari CDC, ada kemungkinan (namun langka) efek samping serius, yaitu penggumpalan darah dengan platelet rendah. Kondisi ini dinamakan TTS atau sindrom trombosis dengan trombositopenia. Berdasarkan data yang diambil selama pemberian vaksin J&J, hal ini terjadi pada 7 dari 1 juta wanita yang divaksin, dengan kisaran usia 18 hingga 49 tahun. Ternyata, vaksin ini lebih aman untuk mereka yang berusia 60 tahun ke atas dan mereka yang berjenis kelamin laki-laki.
Yang jelas, tetap jaga kondisi tubuh Anda sebelum dan sesudah menerima vaksin, karena tubuh perlu istirahat untuk menciptakan antibodi.
Figure 2 Jangan panjat tebing atau beraktivitas berat setelah vaksin COVID-19
Mengapa Vaksin ini disebut Janssen?
Selain dikenal sebagai vaksin Johnson & Johnson, vaksin COVID-19 ini juga dikenal sebagai vaksin Janssen. Mengapa? Karena vaksin ini diciptakan oleh perusahaan Janssen Pharmaceuticals, sebuah perusahaan asal Belgia yang diakuisisi oleh Johnson & Johnson pada tahun 1961.
Figure 3 Kantor Janssen Pharmaceutical di Leiden, Belanda
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1953 oleh Paul Janssen ini sudah menghasilkan banyak sekali obat. Ada 8 obat Janssen yang masuk dalam daftar World Health Organization Model List of Essential Medicines, atau obat-obatan yang aman, efektif, dan penting dimiliki di seluruh dunia.
Mungkin Anda ingat iklan obat jamur Daktarin? Atau kalau sedang diare, Anda minum Imodium? Nah, berarti Anda sudah kenal dengan obat hasil Garapan Janssen Pharmaceuticals.
Kalau produk Johnson & Johnson, kami yakin pasti Anda sudah tahu.
Apakah Efek Samping Vaksin COVID-19 Dicover Asuransi Kesehatan?
Tergantung dari jenis efek sampingnya, dan tergantung dari jenis asuransi yang Anda miliki. Apabila efek sampingnya hanya lelah dan pegal-pegal, tentunya tidak dicover karena bukan merupakan efek samping serius.
Pastikan juga asuransi yang Anda miliki adalah asuransi kesehatan rawat inap, bukan asuransi jiwa atau asuransi penyakit kritis saja. Kemungkinan terburuk sekali, jika vaksin tidak berhasil mencegah Anda tertular COVID-19 yang parah, maka asuransi kesehatan Anda pasti bisa menanggung. Bila ingin tahu lebih lanjut, jangan ragu untuk konsultasikan kebutuhan asuransi Anda pada kami.