Vaksin adalah virus atau bakteri penyebab penyakit yang sudah dilemahkan, lalu disuntikkan ke dalam tubuh seseorang untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Ini pengertian umum yang diketahui orang awam. Vaksin sendiri juga bukan merupakan baru, tapi sudah beredar sejak 1000 tahun yang lalu di China.
Kita bersyukur sekarang sudah ditemukan vaksin COVID-19, yang tentunya akan sangat membantu memberantas penyebaran wabah Corona.
Tapi, tahukan Anda, bahwa ada terobosan baru dalam vaksin COVID-19? Mulai dari vaksin mRNA (bukan virus/bakteri yang dilemahkan), sampai vaksin tablet atau tanpa suntikan! Dan apa hubungannya dengan Tom Cruise serta permen coklat M&M? Mari kita simak satu demi satu.
- Ada Berapa Jenis Vaksin COVID-19 yang Beredar?
- Apa itu Vaksin COVID-19 mRNA?
- Apa Bedanya Vaksin mRNA dengan Vaksin Biasa?
- Mengapa Vaksin mRNA Pfizer Harus Disimpan Dalam Suhu -70 Derajat Celsius?
- Adakah Vaksin mRNA Lain Selain Pfizer?
- Benarkah Ada Vaksin COVID-19 Berbentuk Tablet?
Ada Berapa Jenis Vaksin Coronavirus yang Beredar?
Saat ini, vaksin COVID-19 yang dikenal masyarakat Indonesia antara lain Sinovac, Novavax, AstraZeneca, dan BioNTech Pfizer. Tentunya, ada berbagai perbedaan dari keempat vaksin tersebut. Vaksin Sinovac dan Novavax merupakan vaksin konvesional. Sementara itu, vaksin AstraZeneca merupakan vaksin berbasis DNA. Satu vaksin yang sangat mencolok perbedaannya yaitu Pfizer.
Gambar Kantor Pfizer di Puurs, Belgia (Jean-Christophe Guillaume/Getty Images/ttnews.com)
Menurut artikel dari CNN Indonesia 11 Januari 2021, berbeda dengan vaksin lainnya, vaksin Pfizer harus disimpan dalam suhu beku minus 70 derajat Celsius. Mengapa demikian? Karena vaksin Pfizer ini merupakan vaksin mRNA, bukan vaksin tradisional biasa dari virus atau bakteri yang dilemahkan. Lebih lengkapnya, akan kita bahas lebih lanjut.
Baru kali ini, pertama kalinya dalam sejarah, vaksin berbasis mRNA mendapatkan ijin resmi untuk digunakan ke masyarakat. Selain Pfizer, ada pula vaksin dari perusahaan Moderna yang juga berbasis mRNA.
Apa itu Vaksin COVID-19 mRNA?
Vaksin mRNA berbeda dengan vaksin biasa. Seperti yang kita ketahui, vaksin adalah virus atau bakteri yang dilemahkan, disuntikkan ke dalam tubuh untuk merangsang imun tubuh melawan virus atau bakteri tersebut.
Beda dengan vaksin mRNA. Dengan vaksin mRNA, tubuh diperintah untuk menciptakan protein yang dapat merangsang sistem imun tubuh dalam melawan penyakit tertentu. Tanpa kehadiran si virus yang dilemahkan.
Gambar Bentuk mRNA (labiotech.eu)
Sebenarnya, COVID-19 bukan virus pertama yang dihadapi dengan vaksin mRNA. Vaksin mRNA telah dipelajari untuk melawan flu, Zika, rabies dan cytomegalovirus (CMV). Tapi, baru untuk COVID-19 kali ini, vaksin mRNA disetujui cepat berhubung keadaan darurat.
Apa Bedanya Vaksin mRNA dengan Vaksin Biasa?
Dengan vaksin konvensional, virus yang sudah mati atau dilemahkan-lah yang dimasukkan ke dalam tubuh. Sebagai reaksi, tubuh mengeluarkan antibodi untuk melawan virus tersebut. Sedangkan, dengan vaksin mRNA, tubuh penerima vaksin tidak perlu dimasuki virus tersebut.
mRNA atau messenger ribonucleic acid adalah molekul dalam sel (termasuk sel tubuh manusia) yang memberikan perintah pada sel untuk membentuk protein tertentu. Cara kerja vaksin mRNA adalah dengan memberikan perintah dalam bentuk mRNA langsung ke sel tubuh untuk membentuk antibodi.
Masih bingung apa bedanya dengan vaksin biasa? Silakan lihat gambar berikut ini dari CNBC untuk gambaran lebih jelas.
Gambar Vaksin Konvensional Disuntikkan ke Tubuh
Gambar Vaksin Konvensional Memasukkan Virus yang Sudah Dilemahkan/Dimatikan ke dalam Tubuh
Gambar Virus COVID-19 yang Sudah Dilemahkan Berada dalam Tubuh
Gambar Tubuh Merespon dengan Menciptakan Antibodi (warna hijau) untuk Membinakan Virus
Demikian cara kerja vaksin konvensional. Selanjutnya, cara kerja vaksin mRNA.
Gambar Vaksin mRNA Disuntikkan ke dalam Tubuh
Gambar mRNA (garis ungu) menyampaikan pesan kepada sel tubuh
Gambar Tubuh Menciptakan Antibodi Tanpa Perlu Kehadiran Virus
Beberapa fakta penting mengenai vaksin mRNA COVID-19 adalah:
- Vaksin mRNA tidak memasukan virus hidup COVID-19 ke dalam tubuh penerima vaksin, jadi tidak bisa menyebabkan seseorang terkena COVID-19. Lain halnya dengan pasien yang disuntik vaksin konvensional, ada resiko terinfeksi COVID-19 karena tubuhnya dimasuki virus tersebut.
- Takut mRNA mempengaruhi DNA atau kode genetik kita? Menurut CDC Amerika Serikat, mRNA tidak pernah memasuki nukleus dalam sel (tempat DNA kita) sehingga DNA kita aman.
- Sel langsung merusak mRNA ketika selesai menerima instruksi. Mirip dengan film Mission Impossible, dimana pesan yang diterima Ethan Hunt (Tom Cruise) langsung hancur setelah disampaikan.
Mengapa Vaksin mRNA Pfizer Harus Disimpan Dalam Suhu -70 Derajat Celsius?
Sebagai perbandingan, suhu freezer di kulkas adalah – 18 derajat Celsius. Jadi, vaksin mRNA Pfizer ini harus disimpan dalam freezer atau cooler khusus yang dinginnya melebihi rata-rata musim dingin di Antartika. Mengapa demikian?
Simpelnya, karena mRNA merupakan materi yang sangat rentan. Menurut Margaret Liu, peneliti vaksin dari International Society for Vaccines, mRNA dalam vaksin perlu dilindungi oleh lipid nanopartikel untuk menjaga agar mRNA tidak hancur.
Analoginya, bayangkan coklat M&M yang dilapis dengan lapisan gula keras. Lipid nanopartikel berfungsi seperti lapisan gula ini. Lapisan gula keras inilah yang menyebabkan coklat M&M tidak gampang lumer.
Tapi, lipid nanopartikel saja tidak cukup. Tetap diperlukan mesin pendingin sedingin kutub untuk menghindari resiko rusaknya mRNA sebelum memasuki tubuh penerima vaksin. Sama halnya seperti kita mencegah makanan rusak dengan memasukkannya ke dalam kulkas.
Adakah Vaksin mRNA Lain Selain Pfizer?
Ada, namanya vaksin Moderna. Perlukan disimpan dalam suhu -70 derajat Celsius juga? Ternyata tidak. Suhu yang diperlukan untuk menyimpan vaksin mRNA Moderna adalah – 25 sampai dengan – 15 derajat Celsius. Mengapa berbeda dengan Pfizer?
Untuk ini, Margaret Liu pun tidak tahu. Karena formulasi pembuatan vaksin merupakan data rahasia perusahaan, maka pengguna vaksin hanya menerima data hasil penelitiannya saja. Jika menurut penelitian perusahaan tersebut, mRNA yang mereka olah dapat stabil di suhu tertentu, maka aturan itulah yang harus diikuti.
Kemudahan relatif inilah yang mungkin menyebabkan harga vaksin COVID-19 Moderna menjadi yang paling mahal. Per dosis, harga berkisar antara $32 hingga $37 (sekitar Rp 518.410). Sementara, Pfizer menjual vaksinnya dengan harga $20 per dosis (sekitar Rp 280.222).
Benarkah Ada Vaksin COVID-19 Berbentuk Tablet?
Sudah ada, tapi belum mendapatkan persetujuan untuk disebarkan secara massal. Vaksin COVID-19 tablet ini diproduksi oleh perusahaan Vaxart, Inc. Menurut Vaxart, vaksin COVID tablet ini sudah berhasil mengurangi jumlah virus dalam hamster secara signifikan. Vaksin tablet Vaxart juga berhasil meningkatkan respons imun pada hamster, sehingga melindungi hewan tersebut dari infeksi.
Pada bulan Oktober 2020, Vaxart sudah mulai mengujicobakan vaksin tabletnya tersebut pada manusia. Namun, hasilnya belum dipublikasikan. Tapi, jika vaksin tablet ini berhasil, bayangkan betapa mudahnya memvaksin orang banyak. Tidak perlu lagi mesin pendingin untuk mendistribusikan vaksin, karena vaksin tablet bisa disimpan dalam temperatur ruangan.
Mari kita tunggu saja proses selanjutnya!