- Sekilas Tentang Autoimun
- Garam Berlebih dan Penyebab Autoimun
- Apa Hubungan Lactobacilli dengan Imun Tubuh? Metabolites
- Kondisi Usus Penderita Autoimun
- Kabar Baik: Terobosan Baru Pengobatan Autoimun
- Cegah Autoimun dengan Makanan Probiotik
- Kesimpulan
Sekilas Tentang Autoimun
Penyakit autoimun merupakan penyakit yang semakin sering terdengar di masyarakat. Pengertian umumnya, penyakit ini timbul karena sistem imunitas tubuh yang error sehingga menyerang tubuh sendiri. Padahal, sistem imunitas tubuh harusnya menyerang sel asing yang berpotensi membahayakan tubuh.
Menurut riset tahun 2014, wanita lebih berpotensi terkena autoimun ketimbang pria, dengan perbandingan rasio sekitar 2 banding 1. Gejala autoimun timbul pada persendian, pencernaan, kulit, hingga kelainan kelenjar tiroid maupun adrenal.
Ada lebih dari 80 tipe penyakit autoimun. Beberapa diantaranya adalah rheumatoid arthritis (radang sendi), systemic lupus erythematosus (sle atau lupus), Graves’ disease, multiple sclerosis, psoriasis (lihat gambar), celiac disease, dan diabetes mellitus tipe 1.
Penyebabnya sendiri tidak diketahui dengan pasti. Tapi, penelitian terbaru mengindikasikan peran faktor lingkungan dalam timbulnya penyakit ini. Berdasarkan riset, penyakit autoimun seperti multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis tidak sepenuhnya diakibatkan oleh genetik (bukan 100% penyakit keturunan). Pola makan disinyalir sangat berpengaruh terhadap resiko autoimun seseorang.
Apa saja faktor yang diduga berpotensi menyebabkan autoimun?
Garam Berlebih dan Penyebab Autoimun
Menurut Profesor Kleinewietfeld dari VIB Institute Belgia, makananan dengan kadar garam tinggi mengakibatkan peradangan. Berikutnya, dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh.
Terlalu banyak garam ternyata membunuh bakteri baik dalam usus besar, seperti lactobacilli. Diduga kuat, komposisi bakteri baik dan bakteri buruk pada usus besar kemungkinan menyebabkan penyakit autoimun. Padahal, bakteri baik ini sangat dibutuhkan tubuh.
Apa Hubungan Lactobacilli dengan Penyebab Autoimun? Metabolites
Lactobacilli menghasilkan zat yang disebut metabolites. Sifatnya untuk menekan imun tubuh supaya tidak menjadi-jadi. Ibaratnya seperti rambu lalu lintas batas kecepatan, yang mencegah pengendara mobil untuk menyetir terlalu cepat, sehingga memperkecil resiko kecelakaan.
Lantas, apakah sudah pasti kurangnya lactobacilli ini menyebabkan penyakit autoimun? Penelitian masih terus berjalan, sehingga kita pun masih menunggu kesimpulan selengkapnya. Namun, ada bukti lain yang mengarah ke sana.
Kondisi Usus Penderita Autoimun
Meski penyebab autoimun masih belum 100% pasti, tapi ada korelasi antara kondisi autoimun dengan komposisi bakteri baik dalam usus. Menurut penelitian, 80% pasien PSC (primary sclerosing cholangitis, salah satu jenis autoimun) juga menderita radang usus besar.
PLC menyebabkan tersumbatnya saluran empedu, yang berpotensi merusak organ hati (liver). Komposisi bakteri baik dalam usus dan feses pasien PSC juga ternyata berbeda dengan orang sehat. Jadi, sepertinya penelitian sudah mengarah ke area yang tepat. Tantangannya sekarang adalah menemukan jenis metabolite apa yang berakibat terhadap autoimun tertentu.
Kabar Baik: Terobosan Baru Pengobatan Autoimun
Menurut Dr Johannes Hov dari University of Oslo, Norwegia, jika Anda menderita penyakit yang tidak ada obatnya, kemungkinan besar Anda kekurangan bakteri baik dalam usus besar Anda. Hal inilah yang dapat kita ubah melalui makanan yang sehat dan kaya probiotik.
Jika metabolites yang tepat sudah berhasil ditemukan, maka terapi seperti probiotik atau transplantasi feses dapat dilakukan. Transplantasi feses? Yup, untuk menumbuhkan bakteri baik lebih cepat. Seperti cangkok atau stek tanamanlah ibaratnya.
Cegah Autoimun dengan Makanan Probiotik
Seperti biasa, mencegah lebih baik daripada mengobati. Anda bisa memulainya dari makanan. Perbanyakan konsumsi makanan probiotik, antara lain:
Yogurt
Selain bermanfaat menambah bakteri baik dalam tubuh, yogurt juga meningkatkan kekuatan tulang. Pastikan memilih yogurt yang mengandung probiotik aktif, karena seringkali bakteri baik terbunuh ketika yogurt diproses.
Kefir
Kefir adalah susu kambing atau susu sapi yang difermentasikan. Merupakan sumber probiotik yang lebih baik daripada yogurt.
Sauerkraut
Acar kol asal Jerman ini merupakan salah satu makanan tertua di dunia. Selain probitik tinggi, sauerkraut juga mengandung serat, vitamin B, C, K zat besi dan mangan. Pastikan Anda membeli sauerkraut yang tidak dipasteurisasi, karena proses pasteurisasi membunuh bakteri baik aktif. Hati-hati juga jangan menambah konsumsi garam Anda, karena sauerkraut ini sudah cukup asin.
Tempe
Makanan asal Indonesia ini sudah sangat akrab dengan kehidupan kita. Tinggal tambah lagi porsi tempe Anda!
Kimchi
Acar kubis asal Korea ini juga bisa dinikmati untuk menambah bakteri baik dalam usus Anda.
Miso
Siapa tidak kenal sup miso? Sup asal Jepang ini adalah sumber protein dan serat, selain probiotik tentunya. Salah satu riset di Jepang bahkan wanita yang sering menimati sup miso memiliki resiko lebih rendah terkena kanker payudara. Kalau ingin membuat sup miso sendiri, pastikan tidak terlalu asin ya..
Kombucha
Minum hasil fermentasi teh ini akhir-akhir ini semakin meningkat popularitasnya. Meski belum terlalu banyak penelitian soal kombucha, tapi minuman ini dibuat melalui proses fermentasi, sehingga kemungkinan besar mengandung probiotik.
Acar
Acar timun misalnya, memiliki kandungan probiotik dan vitamin K yang tinggi. Tapi, acar yang dibuat dengan cuka tidak punya probiotik hidup lagi. Pastikan juga konsumsi garam Anda di makanan lain tidak banyak ketika Anda mengkonsumsi acar, karena acar sudah mengandung cukup banyak garam atau sodium.
Keju (tidak semua jenis)
Beberapa jenis keju memiliki probiotik karena pembuatan keju melalui proses fermentasi. Keju yang banyak mengandung bakteri baik antara lain Gouda, mozzarella, cheddar dan cottage cheese.
Kesimpulan
Untuk menjaga tubuh dari berbagai jenis penyakit, Anda harus mengawasi makanan Anda. Tidak mengkonsumsi garam berlebihan dan menambah porsi makanan probiotik Anda diyakini akan dapat mengurangi resiko autoimun. Selain autoimun, konsumsi garam berlebihan dapat meningkatkan resiko kanker Anda.
Selalu sedia Plan B jika Plan A gagal. Jika jaga makan tetap tidak berhasil mencegah autoimun, pastikan Anda sudah siap dengan asuransi kesehatan yang memadai. Hubungi tim kami untuk konsultasi lebih lanjut!