Tahukah Anda, kabarnya gula lebih berbahaya daripada rokok?
Gula adalah sumber energi yang sangat baik dan diperlukan tubuh untuk tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, bahaya gula akibat konsumsi yang berlebihan—dan seringnya tidak disadari—juga tak kalah mengerikan. Seseorang yang telah mengalami gangguan terhadap kadar gula dalam tubuhnya berisiko jauh lebih tinggi terjangkit berbagai macam penyakit serius yang mematikan dan komplikasi.
Jenis-Jenis Gula
Jenis gula terdiri dari beberapa macam: sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Fruktosa dan glukosa merupakan golongan monosakarida, yakni jenis gula yang paling kecil dan tidak dapat dipecah lagi. Sementara itu, sukrosa merupakan jenis disakarida alias terbuat dari gabungan dua monosakarida.
Adapun jenis gula yang penting dalam tubuh adalah glukosa—sebab tubuh hanya dapat menyerap glukosa untuk kemudian diubah menjadi energi bagi otot maupun otak. Kendati begitu, jika serapan tersebut terlalu berlebih, maka bahaya glukosa dalam tubuh pun akan turut mengancam kesehatan yang serius.
Hati-hati, Gula ada Dimana-mana
Sumber gula dapat berasal dari mana saja. Anda dapat menemukannya di snack kesukaan, minuman botol, makanan gorengan, bahkan dari buah-buahan favorit. Maka dari itu, gula sering disinyalir lebih berbahaya daripada rokok.
Adapun berbagai sumber gula juga mempunyai risikonya masing-masing seperti berikut ini.
Bahaya Air Tebu
Air tebu terkesan menyehatkan karena sedikitnya campuran bahan lain untuk mengonsumsinya. Air ini bahkan kerap dipakai untuk pengobatan tradisional berbagai penyakit, seperti gangguan ginjal, hati, dan sebagainya. Namun rupanya, yang natural saja tidak cukup aman untuk tubuh.
Bahaya air tebu terutama bagi beberapa kelompok khusus adalah karena karena ada kandungan sukrosa yang cukup tinggi yakni sekitar 13 hingga 15 persen untuk setiap 1 gelas standar atau 240 ml. Dengan ukuran yang sama, kalori air tebu adalah sekitar 183 kal, gula 50 gram, serat 0-13 gram, dan 0 protein maupun lemak.
Di sisi lain, kendati indeks glikemik air tebu rendah, beban glikemik yang dimiliki justru tinggi. Adapun yang dimaksud indeks glikemik adalah indeks untuk mengatur seberapa cepat makanan atau minuman berdampak pada gula darah, sedangkan beban glikemik adalah pengukuran jumlah total kenaikan gula darah.
Bahaya Gula Merah
Manisnya gula merah yang hadir khususnya di berbagai sajian pencuci mulut juga tak kalah berbahaya. Bahaya gula merah tidak lain dikarenakan oleh glukosa dan karbohidrat yang terkadang di dalamnya meski pemanis yang satu ini dinilai memiliki manfaat untuk kesehatan lebih baik dibandingkan gula pasir.
Kebutuhan gula merah berdasarkan jenis kelamin tiap individu adalah 36 gram atau 150 kalori per hari untuk laki-laki dan 25 gram atau 100 kalori per hari untuk wanita. Adapun dalam bentuk gula merah halus, per 1 sendok teh-nya memiliki kandungan sebesar 4,5 gram atau setara dengan 17,5 kalori.
Mampu menaikkan berat badan merupakan salah satu bahaya tersembunyi dari gula merah yang kerap diabaikan masyarakat. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh kalorinya yang tinggi terlepas dari kesan lebih ‘alami’ yang dimiliki gula merah. Adapun penumpukan gula tersebut juga dapat mengganggu pembentukan kolagen pada kulit sehingga menyebabkan munculnya kerutan halus pada wajah sebagai salah satu tanda penuaan dini.
Bahaya Gula Pasir
Gula inilah yang menjadi jenis gula paling banyak dikonsumsi sehari-hari, baik sebagai bahan campuran dalam minuman maupun masakan—kudapan maupun makanan berat sekalipun. Kendati begitu, kesadaran tentang takaran demi kebutuhan tubuh masih cenderung diabaikan dibandingkan takaran untuk kebutuhan rasa yang dihasilkan.
Salah satu dampak paling umum dari konsumsi gula berlebihan adalah terganggunya fungsi kerja pankreas. Mengonsumsi gula berlebihan akan menyebabkan pankreas bekerja ekstra untuk memompa lebih banyak insulin demi menjaga keseimbangan gula darah. Apabila pankreas dipaksa bekerja berat terus menerus, maka lambat laun organ ini pun akan rusak dan kadar gula darah tidak terkontrol.
Di samping itu, bahaya gula pasir lainnya yang dikonsumsi dalam jumlah berlebih juga menyangkut kesehatan jantung. Kadar insulin yang meningkat dalam aliran darah akan membuat dinding arteri meradang. Kalau sudah begitu, maka dinding arteri jadi lebih tebal. Kondisi ini menyebabkan jantung rentan stres dan lama kelamaan mengganggu kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan.
Bahaya Penyakit Gula
Penyakit gula kerap disebut hiperglikemia pada dunia kedokteran atau diabetes pada masyarakat umum. Seseorang dianggap memiliki penyakit gula apabila:
- kadar glukosa darah >7,0 mmol/L (126 mg/dl) saat puasa; atau
- kadar glukosa darah >11,0 mmol/L (200 mg.ld) pada 2 jam setelah puasa.
Penderita penyakit gula biasanya akan lebih sering merasa kesemutan, pandangan mata menjadi kabur, infeksi atau luka pada tubuh lama sembuh, merasa lebih lapar dari waktu-waktu biasanya, dan lain-lain. Selain gejala yang mengganggu tersebut, bahaya penyakit gula juga tak kalah mengkhawatirkan seperti berikut.
- Meningkatkan depresi. Kadar gula darah yang tinggi dapat memperburuk kondisi mental penderitanya sehingga lebih mudah untuk mengalami depresi, mengganggu tidur, dan membuat mood jadi kian buruk.
- Impotensi. Gula darah memengaruhi sistem peredaran dalam tubuh. Makin tidak teratur aliran darah yang terjadi, makin besar pula risiko penis harus bekerja lebih keras untuk dapat berereksi.
- Berbagai kondisi lainnya, mulai dari karies gigi hingga menyebabkan komplikasi lebih serius seperti masalah kulit, kerusakan mata, kerusakan ginjal, hingga kerusakan jantung. Kerusakan gigi yang berkepanjangan pun dapat berpotensi fatal (simak 10 Bahaya Gigi Berlubang: Bisa Berakibat Kematian!).
Rasa manis yang diberikan gula memang sulit ditolak lidah. Namun, tubuh tidak memerlukan konsumsi yang asal manis saja. Apabila konsumsi gula melebihi batas tersebut dan dilakukan secara terus-menerus—terutama tanpa diimbangi aktivitas fisik yang memerlukan energi sepadan—maka akan memicu obesitas, diabetes, hingga gangguan jantung.