Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, WhatsApp, Pinterest, TikTok, Snapchat. Deretan situs ini merupakan sebagian dari banyaknya platform media sosial yang digunakan oleh anak-anak dan remaja saat ini. Meskipun terhubung secara digital memiliki banyak manfaat, ada pula berbagai bahaya media sosial bagi anak dan remaja yang perlu diwaspadai.
Dilansir oleh JCFS Chicago, terdapat studi yang menunjukkan 17 persen remaja dihubungi oleh orang tak dikenal dengan cara yang membuat mereka tidak nyaman atau ketakutan. Selain itu, sebanyak 30 persen remaja mengaku mendapatkan iklan daring yang tidak pantas untuk usia mereka. Adapun 39 persen remaja yang mengaku berbohong tentang umur mereka supaya bisa memperoleh akses ke situs jejaring sosial.
Melihat data tersebut, pastinya Anda sebagai orang tua patut berhati-hati. Tidak berhenti di situ saja, masih ada banyak lagi bahaya media sosial bagi anak-anak dan remaja. Yuk, pahami 9 poin berikut ini!
1. Kecanduan
Menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal sains ScienceDirect, lebih dari 210 jutar orang di seluruh dunia menderita kecanduan internet dan media sosial. Bahaya medsos satu ini bahkan lebih parah dari rokok dan alkohol, sesuai yang disampaikan oleh Shirley Cramer, Kepala Eksekutif dari Royal Society for Public Health (RSPH) di Inggris.
Cramer juga mengatakan bahwa media sosial sekarang sangat mengakar dalam kehidupan kalangan muda. Jadi, sulit untuk menampik ketika media sosial berkaitan erat dengan masalah kesehatan mental muda mudi.
Kecanduan merupakan jurang berbahaya yang bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Misalnya, kecanduan media sosial pada remaja berdampak buruk pada performa akademis, kesehatan fisik, bahkan hubungan keluarga. Terlebih, gejala depresi akan menjadi dua kali lipat lebih buruk ketika anak-anak menghabiskan waktu dengan gadget lebih dari 5 jam sehari.
2. Mengurangi perhatian dan focus
Salah satu bahaya sosial media yang langsung berefek pada anak-anak dan remaja adalah meningkatnya kebiasaan multitasking. Kelihatannya mungkin bukan masalah besar, sampai Anda menyadari efek terlalu sering melakukan kebiasaan tersebut. Semakin sering mengerjakan multitugas, semakin rendah performa anak dalam mengerjakan tugas individual. Parahnya, hal ini malah bisa membuat kesulitan fokus dalam kegiatan apa pun, terutama belajar.
Selain media sosial, pahami juga cara belajar anak Anda yang mungkin berbeda dengan teman-temannya. Baca juga artikel kami mengenai Cara Belajar Anak.
3. Pencurian dan penyalahgunaan data
Banyak kasus yang membuktikan bahaya upload foto anak di media sosial. Foto atau video yang dipublikasikan anak-anak bisa menarik perhatian orang-orang jahat. Mereka bisa mencuri foto dan video anak, lalu mengirimkannya ke situs web atau forum meresahkan. Beberapa di antaranya bahkan didedikasikan untuk pornografi anak.
Pada sebuah kasus, seorang ibu asal Nashville melacak identitas orang tak dikenal yang membagikan foto putrinya. Setelah mengikuti foto tersebut, dia menemukan halaman milik sesorang pria asing. Pada halaman milik pria itu, sang ibu menemukan foto gadis-gadis kecil selain putrinya.
Tak hanya itu, dilansir oleh Australian Children’s eSafety Commissioner, terdapat sebuah situs yang setidaknya memiliki 45 juta gambar. Setengah dari jumlah tersebut merupakan foto anak-anak yang dicuri dari akun media sosial. Parahnya, foto-foto anak yang melibatkan aktivitas keluarga sehari-hari dipenuhi dengan komentar tak pantas.
Selain itu, apabila anak-anak mencantumkan alamat atau pendanda lokasi, informasi ini bisa digunakan para kriminal untuk mendatangi anak dan keluarga. Jadi, sebaiknya, bimbing buah hati untuk tidak membagikan data pribadinya sembarangan ke publik.
4. Pengisolasian diri
Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Journal of Preventative Medicine (AJPM) menemukan bahwa muda mudi dengan tingkat pemakaian media sosial tinggi umumnya lebih merasa terisolasi secara sosial ketimbang kelompok yang jarang menggunakan medsos. Memang aneh karena seharusnya jejaring sosial menjadi jalur penghubung kepada lebih banyak orang. Namun, faktanya, banyak anak atau remaja yang merasa terasingkan.
Kurangnya hubungan akrab, hubungan kaku dengan orang tua, serta rasa diasingkan oleh teman sebaya dapat menimbulkan berbagai dampak negatif. Mulai dari kecemasan, depresi, stres, hingga penurunan kesehatan fisik.
5. Cyberbullying
Cyberbullying atau perundungan siber merupakan bahaya media sosial yang sangat serius dan sering terjadi. Menurut riset Pew Research Center, sebanyak 59 persen remaja sudah pernah mengalami cyberbullying. Perundungan siber langsung menyerang mental anak-anak dan remaja. Belum lagi, pada usia muda, mereka masih baru membangun harga diri atau mencari jati diri. Ketika anak sebaya menyerang, efeknya bisa menjadi serangan panik, menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri untuk kasus yang ekstrem.
6. Perbandingan social
Perbandingan sosial merupakan salah satu bahaya sosmed yang paling sering dikutip. Beberapa studi, seperti dari PsycNET, menemukan bahwa pemakaian media sosial secara rutin dapat mengakibatkan perbandingan sosial menuju timbulnya rasa minder.
Kemudian, survei dari RSPH menanyakan 1.500 remaja untuk memperhatikan suasana hati mereka selama menggunakan 5 jejaring sosial paling populer. Instagram dan Snapchat memimpin daftar peringkat. Para remaja melaporkan bahwa mereka sering merasa cemas, tertinggal, bahkan membenci diri sendiri ketika mengakses medsos.
Media sosial menciptakan jebakan perbandingan untuk anak-anak dan remaja. Kelompok usia ini sering melihat anak sebaya atau influencer yang memenuhi feed dengan gagasan tidak realistis tentang apa pun, mulai dari kecantikan, inteligensi, bakat, hingga kesuksesan.
7. Meningkatkan nafsu makan secara berlebihan
Gambar-gambar kuliner yang berseliweran di beranda media sosial memang menarik. Namun, tahukah Anda bahwa ini akan berdampak pada kebiasaan makan si kecil? Menurut ulasan dari Brain and Cognition (2015), melihat gambar makanan dan minuman lezat dapat membuat perubahan pada kondisi mental dan neurofisik. Alhasil, anak lebih cepat merasa lapar, walau sebenarnya tidak sedang lapar. Kemudian, mereka cenderung makan secara berlebihan.
8. “Membunuh” kemampuan bersosialisasi di dunia nyata
Waktu yang dihabiskan untuk mengobrol dengan orang-orang di media sosial memang tidak terasa. Namun, jika anak-anak jarang bersosialisasi secara langsung atau tatap muka, kebiasaan di jejaring sosial bisa membuat mereka kesulitan mengobrol di dunia nyata.
Menurut dr. Anastasiou, media sosial membuat orang-orang jarang bersosialisasi secara langsung dan jarang mengekspresikan emosi positif maupun negatif dengan cara yang sehat. Orang-orang malah bergantung pada emotikon atau stiker untuk mengekspresikan apa yang mereka pikir atau rasakan.
9. Membuat sulit tidur
Terakhir, bahaya media sosial bagi remaja dan anak-anak ialah kesulitan tidur. Tubuh manusia membutuhkan hormon melatonin untuk mengatur tidur. Tingginya kadar melatonin membantu seseorang lebih cepat tidur, sedangkan kadar rendah membuat manusia tetap terjaga. Nah, jika anak terbiasa bermain media sosial dan terpapar blue light sampai jam tidur, hal ini bisa mengganggu ritme sirkadian dan membuat mereka begadang semalaman.
Itulah 9 bahaya media sosial bagi anak-anak dan remaja yang perlu Anda waspadai. Memang, akan sulit untuk mengawasi anak sepenuhnya. Namun, sebagai orang tua yang baik, Anda bisa membimbing anak untuk bisa bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Misalnya, membatasi hal-hal yang boleh mereka publikasikan atau menyarankan anak untuk berhati-hati dalam berteman. Yuk, budayakan pemakaian media sosial yang cerdas dan bijak!