Norovirus adalah wabah yang saat ini diberitakan baru muncul di China. Padahal, wabah coronavirus belum usia merambah dunia.
Kompas.com (12/10/2020) melaporkan lebih dari 70 mahasiswa di sebuah universitas di Taiyuan, ibu kota Provinsi Shanxi, China utara, mengalami diare dan muntah-muntah.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, lebih dari 30 wabah norovirus telah dilaporkan secara nasional sejak September 2020. Total kasus sudah mencapai 1.500 kasus.
1. Apa itu Norovirus?
Ternyata, seperti coronavirus, norovirus bukan virus baru. Di seluruh dunia, norovirus adalah penyebab utama infeksi pencernaan akut. Virus ini menyebabkan diare dan muntah-muntah pada penderitanya. Kadang, penderita norovirus sering dibilang keracunan makanan.
Wabah pertama akibat virus ini terjadi di kota Norwalk, Ohio, Amerika Serikat, pada tahun 1972. Jadi, wabah norovirus di China saat ini bukan yang pertama kalinya.
Seperti apa penampakan virus ini? Tentunya berbeda dengan coronavirus. Norovirus tidak memiliki paku-paku atau mahkota seperti coronavirus untuk menancapkan dirinya.
Sepak terjang virus ini antara lain sudah mengakibatkan 685 juta kasus infeksi pencernaan akut secara global. World Health Organization (WHO) juga menyebut norovirus sebagai penyebab utama diare secara global, selai campylobacter, E. coli, serta non-typhoidal Salmonella.
2. Gejala apa saja yang diderita pasien Norovirus?
Selain diare dan muntah-muntah, pasien norovirus juga bisa mengalami:
- Demam
- Tubuh mengigil
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Rasa lelah
- Dehidrasi
Norovirus adalah penyakit diare. Diare yang berkepanjangan mengakibatkan pasien kehilangan cairan tubuh sehingga dehidrasi. Mual dan muntah juga bisa mengakibatkan kehilangan nafsu makan, sehingga pasien tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup.
3. Apa Penyebab Orang Bisa Terkena Norovirus?
Seseorang bisa terkena norovirus dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sedikit saja partikel virus dapat membuat Anda sakit.
Beberapa contoh kasus penularan menurut CDC Amerika Serikat:
- Orang yang terinfeksi norovirus menyentuh makanan, lalu makanan ini dimakan orang lain
- Orang yang menyentuh permukaan yang terkontaminasi norovirus
- Percikan muntah orang yang menderita norovirus mengenai makanan atau minuman
- Buah atau sayur yang tidak dicuci bersih, atau diairi dengan air yang terkontaminasi
- Bertukar sendok atau peralatan makan dengan orang yang terinfeksi norovirus
4. Berapa Lama Masa Inkubasi Norovirus?
Masa inkubasi adalah waktu sejak seseorang terpapar virus atau bakteri hingga menunjukkan gejala awal terinfeksi. Masa inkubasi norovirus adalah sekitar 14 hingga 48 jam. Beda sama COVID-19 yang masa inkubasinya antara 1 hingga 14 hari.
5. Berapa Lama Pasien Norovirus Bisa Menularkan Virus Ini?
Seseorang yang terjangkit norovirus dapat menyebarkan virus ini selama 8 minggu dari tertular. Lama juga ya? Artinya, pasien yang telah sembuh masih dapat menularkan penyakit ke orang lain.
Pada umumnya, setelah tidak lagi memiliki gejala, pasien boleh kembali bekerja atau bersekolah setelah 48 jam. Di Amerika Serikat, pekerja yang menangani makanan secara langsung diharuskan menunggu 72 jam sebelum kembali bekerja dengan makanan.
6. Tes diagnosanya bagaimana?
Diagnosa norovirus biasanya berdasarkan gejala. Jadi, dokter menyimpulkan dari gejala-gejala yang dialami pasien. Kemungkinan besar, dokter di Indonesia akan memberikan diagnosa diare atau keracunan makanan, bukan infeksi norovirus.
Apa bahayanya? Karena norovirus ini menular, maka sebenarnya penting diketahui apakah ini diare biasa atau karena virus. Sebaiknya, jika Anda terkena diare, Anda menjaga jarak dengan keluarga untuk berjaga-jaga.
Kita tahu ada rapid test untuk COVID-19. Tapi, apakah ada rapid test untuk norovirus? Ternyata ada. Tahun 2012, R-Biopharm AG sudah merilis RIDA QUICK Norovirus Test dengan sensitivitas 92% dan tingkat spesifik 98%.
Ada juga CerTest Norovirus dari perusahaan Spanyol bernama CerTest Biotec. Tes ini menggunakan sampel berupa kotoran manusia. Metodenya lateral flow dan bisa dicombo dengan tes rotavirus dan adenovirus.
Selain mengetes dari darah dan faeces, ada jenis tes norovirus lainnya yang lebih mudah diambil. Sampelnya apa? Saliva atau air liur. Hampir mirip dengan PCR tes untuk COVID-19.
Tahun 2018, peneliti di Johns Hopkins Amerika Serikat menemukan tes PCR norovirus yang sampelnya air liur. Jadi, metode untuk tes norovirus menjadi sangat mudah.
7. Berbahayakah Norovirus? Apakah Norovirus mematikan?
Norovirus tidak mematikan, hanya sangat tidak nyaman saja. Pasien biasanya sakit sampai dengan 3 hari. Dengan istirahat dan obat diare, kondisi pasien bisa kembali normal.
Penyakit ini menjadi lebih berbahaya jika penderitanya bayi, wanita hamil, atau orang lansia. Bayi yang terkena norovirus terancam dehidrasi dalam waktu singkat. Lagipula, obat diare biasanya tidak boleh dikonsumsi oleh bayi. Karenanya, bayi membutuhkan pertolongan khusus. Terutama jika sudah buang air lebih dari 6 kali dan muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Bagi wanita hamil, infeksi virus ini dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Jika dehidrasi parah, wanita hamil terancam melahirkan secara prematur.
Orang berusia lanjut yang terkena norovirus juga perlu perhatian khusus. Dehidrasi pada orang lansia dapat mengakibatkan komplikasi. Gagal ginjal juga bisa terjadi. Apalagi, kalau penderita lansia norovirus punya penyakit lain. Kondisinya patut diwaspadai.
8. Pencegahan
Cara mencegah tertular norovirus banyak kemiripan dengan cara mencegah tertular COVID-19. Menurut CDC Amerika Serikat, ada lima cara utama untuk mencegah penularan virus tersebut, antara lain:
- Rajin mencuci tangan
- Makan makanan yang bersih dan sudah dimasak
- Bagi yang suka masak: jangan masak untuk orang lain bila sakit
- Bersihan permukaan dengan disinfektan
- Mencuci pakaian dengan bersih
Mirip sekali ya dengan pencegahan COVID-19? Tak heran, karena keduanya sama-sama virus.
Perbedaannya hanya di makanan. Menurut WHO (dikutip CNBC), tidak ada bukti bahwa COVID-19 menyebar melalui makanan. Lain halnya dengan norovirus, yang sudah jelas-jelas menyebar lewat makanan.
Jadi, hati-hati ya. Jangan karena COVID-19 tidak menular lewat makanan, Anda jadi tidak menghangatkan makanan yang dibeli dari luar. Nanti bisa-bisa kena norovirus (amit-amit). Gawat!
Panasin makanan sampai sepanas apa? Ternyata, norovirus cukup tahan panas lho! Menurut CDC Amerika Serikat, norovirus bisa bertahan hidup di temperature 140°F atau 60 derajat Celsius. Karena itu, masaklah makanan sampai benar-benar matang secara menyeluruh agar aman.
9. Vaksin Norovirus
Sampai hari ini vaksin norovirus belum ditemukan. Tapi, sudah ada beberapa jenis vaksin yang memasuki tahap-tahap uji.
Sebelumnya, Anda harus mengetahui dulu garis besar tahap uji vaksin. Cukup mudah. Uji vaksin diawali dengan tahap preclinical sampai dengan tahap/phase IV.
Tahap Preclinical penting untuk mengetahui dosis dan bentuk vaksin (i.e. tablet, suntik, dan sebagainya). Fase I sampai III juga sering disebut proses Clinical. Terakhir, Phase IV biasanya untuk memonitor keampuhan vaksin serta efek sampingnya setelah vaksin tersebut diresmikan.
Sudah sampai mana proses vaksin norovirus? Berikut di bawah ini adalah perkembangan proses pengadaan vaksin norovirus pada tahun 2020 untuk 3 tipe vaksin. Yang memimpin sejauh ini adalah Takeda.
10. Pengobatan
Norovirus sendiri tidak mematikan. Yang berpotensi mematikan adalah dehidrasi yang diakibatkannya. Jika Anda terkena norovirus, Anda harus:
- Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi. Minuman ion tubuh juga bagus untuk mencegah kehilangan elektrolit
- Banyak beristirahat
- Minum obat diare
- Minum paracetamol untuk mengurangi demam dan rasa sakit
- Makan makanan yang tidak gurih, seperti nasi, sup atau roti
11. Apakah Norovirus dicover asuransi?
Norovirus dicover asuransi, tapi lihat dulu diagnosa yang diberikan dokter kepada Anda. Tentunya, jika Anda baru membeli asuransi kesehatan, maka untuk 30 hari pertama Anda belum bisa klaim untuk penyakit.
Perhatikan juga ada beberapa penyakit tertentu yang belum dicover selama 12 bulan pertama. Salah satunya adalah gastritis atau radang lambung.
Sekarang pertanyaannya, apa diagnosa dokter? Jika dokter menulis diare atau dehidrasi, maka setelah 30 hari klaim Anda pasti dicover. Tapi, kalau dokter tulis gastritis, maka 12 bulan pertama klaim Anda tidak dicover.
Kenapa dokter bisa menulis gastritis? Lagi-lagi, itu tergantung penilaian dokter. Masalahnya, banyak kesamaan gejala antara bermacam-macam penyakit pencernaan. Pastikan dokter Anda menulis diagnosa yang tepat sehingga klaim Anda lancar.
Kesimpulan
Sebagai pintu masuk asupan luar ke dalam tubuh, organ pencernaan adalah organ yang beresiko tinggi terinfeksi virus maupun bakteri.
Menurut Global Medical Trends Survey 2019, penyakit pencernaan merupakan salah satu penyakit termahal di dunia. Apalagi, penyakit ini bisa timbul berkali-kali.
Pastikan Anda selalu menjaga kebersihan makanan Anda, dan memiliki asuransi kesehatan apabila pertahanan kesehatan Anda kebobolan, supaya dompet Anda tidak ikut kebobolan. Baca artikel kami 13 hal penting dalam memilih asuransi kesehatan terbaik.
Hubungi konsultan kami untuk konsultasi produk asuransi yang cocok untuk Anda!