- Gejala Pneumonia
- Penyebab Pneumonia
- Cara Mengetes Pneumonia
- Pengobatan
- Cara Mencegah Pneumonia
- Apakah Pneumonia dicover asuransi?
- Sudah kena pneumonia, masih bisa masuk asuransi?
Pneumonia adalah penyakit radang paru-paru. Jika seseorang terkena pneumonia, paru-parunya terisi cairan atau nanah. Akibatnya, pasien akan kesulitan bernapas. Di Indonesia, penyakit termasuk penyakit sangat umum, menginfeksi lebih dari 2 juta orang per tahun.
Penyakit ini mengakibatkan 1.256 kematian bayi usia 29 hari hingga 59 bulan pada tahun 2019. Dari seluruh bayi (post neonatal) dan balita yang meninggal, 13.8% diakibatkan oleh pneumonia. Diperkirakan, ada 885.551 balita yang menderita penyakit ini pada tahun 2019 (Profil Kesehatan Indonesia 2019).
Wabah Coronavirus juga menambah sorotan publik terhadap pneumonia. Seperti yang kita ketahui, virus Corona juga mengakibatkan pneumonia.
Gejala Pneumonia
Gejala pneumonia yang umum antara lain:
- Batuk – bisa kering atau berdahak kuning, hijau, coklat, maupun merah (karena darah)
- Kesulitan bernapas
- Dada sakit – semakin parah jika sedang batuk atau menarik napas
- Detak jantung meningkat
- Demam
- Keringat dingin dan mengigil
- Kehilangan nafsu makan
Penyakit ini menjadi mematikan apabila gejala-gejala seperti batuk disepelekan. Banyak orang yang mengira batuk itu biasa, cukup minum obat batuk maka akan sembuh. Akhirnya, pengobatan tidak tuntas dan bertambah parah sehingga bisa berakibat fatal.
Penyebab Pneumonia
Virus yang menyebabkan pneumonia antara lain RSV dan SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID-19). Selain kedua virus tersebut, infeksi dari virus lain juga dapat mengakibatkan penyakit ini. Misalnya, infeksi Human Metapneumovirus (HMPV) dan infeksi Human Parainfluenza Virus (HPIV).
Selain virus, bakteri juga dapat menyebabkan pneumonia. Jenis bakteri yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang diakibatkan oleh bakteri ini cukup berbahaya. Di Amerika Serikat, angka kematiannya sekitar 5 – 7 % dari pasien yang dirawat di rumah sakit. Bakteri lain yang menyebabkan pneumonia adalah Mycoplasma pneumoniae.
Jamur pun bisa menyebabkan pneumonia. Penyakit ini dinamakan fungal pneumonia. Biasanya, orang terkena fungal pneumonia karena menghirup spora. Akibatnya, spora tumbuh menjadi jamur dalam paru-paru.
Pencemaran udara juga dapat mengakibatkan pneumonia. Menurut penelitian European Respiratory Journal di Korea tahun 2017, partikel udara nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) memperbesar resiko terkena pneumonia. Efek dari NO2 bisa mencapai 5 minggu, sementara efek dari SO2 bisa mencapai 10 minggu.
Baca Dampak Pencemaran Udara untuk memahami bagaimana polusi udara lebih berbahaya daripada merokok dan narkoba.
Pernahkah Anda kenal atau dengar orang yang sudah lama dirawat lalu meninggal karena sakit paru-paru? Hal ini cukup sering terjadi. Itu karena orang yang sudah terlalu lama dirawat di rumah sakit juga beresiko terkena pneumonia. Pneumonia ini disebut hospital-acquired pneumonia atau nosocomial pneumonia. Selain terkena bakteri ataupun virus ketika menjalani pengobatan, pasien juga dapat terkena pneumonia akibat ventilator. Pneumonia jenis ini dinamakan VAP, atau ventilator-associated pneumonia.
Cara Mengetes Pneumonia
Agak sulit untuk langsung memastikan seseorang terkena pneumonia, karena gejalanya mirip dengan asma dan bronkitis. Pneumonia dapat didiagnosa melalui tes mucus atau lendir, tes darah, atau foto rontgen atau X-ray.
Dari foto Rontgen diatas, Anda bisa melihat perbandingan paru-paru normal dan paru-paru pneumonia. Bagian yang putih adalah cairan dan lendir yang mengisi paru-paru. Selain Rontgen, dokter bisa menyarankan CT scan.
Foto Rontgen saja memang bisa memastikan seorang pasien terkena pneumonia. Tapi, itu saja tidak cukup. Dokter masih harus mengetahui, pneumonianya karena apa? Virus, bakteri, jamur, atau lainnya? Mengapa dokter butuh informasi ini? Karena, pengobatan pneumonia tergantung pada jenis pneumonianya. Untuk itu, dokter kemungkinan akan menyarankan tes lebih lanjut.
Pengobatan
Setelah dokter mengetahui pasien terkena pneumonia akibat apa, dokter baru bisa menyarankan pengobatan tepat untuk pasien. Pengobatan untuk pneumonia akibat virus tentu berbeda dengan pneumonia akibat bakteri. Berikut pengobatan pneumonia pada umumnya:
- Antibiotik untuk pneumonia akibat bakteri. Jangan heran kalau obat antibiotik pertama gagal. Bisa jadi, antibiotik itu kurang mempan terhadap tipe bakteri yang menginfeksi pasien. Segera kembali ke dokter apabila pneumonia tidak membaik setelah diberi antibiotik.
- Antiviral untuk pneumonia akibat virus. Tapi, lagi-lagi jangan heran kalau setelah itu dokter menyarankan antibiotik. Karena, virus yang menyebabkan pneumonia tersebut bisa melemahkan tubuh sehingga terjangkit pneumonia bakteri susulan.
- Obat batuk untuk meringankan gejala batuk, sehingga pasien bisa istirahat
- Obat penurun panas untuk meringankan gejala demam
Jika Anda terkena pneumonia, Anda harus berobat sampai penyakit Anda tuntas. Jangan anggap remeh pneumonia, karena tanpa fungsi paru-paru yang baik, Anda tidak bisa bernapas.
Cara Mencegah Pneumonia
- Vaksin pneumonia dapat dimanfaatkan untuk mengurangi resiko pneumonia akibat bakteri. Ada dua tipe vaksin pneumonia, yaitu PCV13 dan PPSV23.
PCV13 | PPSV23 |
Melindungi dari 13 tipe bakteri penyebab pneumonia | Melindungi dari 23 tipe bakteri penyebab pneumonia |
Biasa diberikan pada anak berusia di bawah 2 tahun sebanyak 4 kali | Biasanya diberikan untuk yang berusia di atas 64 tahun |
Bisa digunakan oleh orang berusia 19 tahun ke atas yang memiliki masalah imunitas | Bisa digunakan oleh perokok di atas usia 19 tahun |
Jangan mengambil kedua vaksin tersebut pada hari yang sama. Menurut National Health Service Inggris, vaksin PPSV23 efektif hingga 50 – 70% dalam mencegah pneumonia akibat bakteri.
- Vaksin Hib untuk mencegah anak-anak di bawah 5 tahun terkena pneumonia dan meningitis yang diakibatkan bakteri Hib.
- Vaksin flu yang diberikan secara tahunan juga bermanfaat untuk mencegah pneumonia. Kenapa? Karena jika seseorang terjangkit flu, resiko terkena pneumonia juga semakin besar. Dengan memperkecil resiko flu seseorang, otomatis resiko pneumonianya juga menurun.
- Gunakan masker jika sering beraktivitas di luar ruangan. Masker berfungsi melindungi organ pernapasan kita dari partikel polusi udara NO2 dan SO2 yang dapat menyebabkan pneumonia.
- Menjaga daya tahan tubuh dengan makanan sehat
- Tidak merokok
- Rajin olahraga
Apakah Pneumonia dicover asuransi?
Pneumonia dicover oleh asuransi kesehatan rawat inap. Biasanya, ada masa tunggu 30 hari untuk klaim asuransi rawat inap. Meski ada masa tunggu 12 bulan untuk penyakit tertentu, umumnya pneumonia tidak masuk dalam daftar tersebut. Jadi, selama kondisi Anda sehat saat memiliki asuransi, jangan khawatir mengenai klaim pneumonia.
Sudah kena pneumonia, masih bisa masuk asuransi?
Jika Anda pernah terkena pneumonia dan sudah sembuh total, Anda masih ada kemungkinan memiliki asuransi kesehatan. Pastikan Anda punya Surat Keterangan Sehat dari dokter yang menangani Anda. Sertakan juga bukti-bukti medis yang mendukung. Anda bisa berkonsultasi pada tim kami untuk kasus kesehatan Anda sebelum mencari asuransi kesehatan.